Manifesto: "Sekolah Salah Kaprah"
Sekolah hari ini bukan tempat belajar. Ia adalah pabrik pencetak buruh bersertifikat, dikemas dalam kurikulum, dikunci oleh nilai ujian, dan digerakkan oleh birokrasi pendidikan.
Sekolah menjauhkan manusia dari fitrahnya mengajar menjadi manusia sejati mengerti jatidiri;; menjadi tempat untuk bertanya, mencari, dan tau tujuan hidup. Tetapi Ia mengajarkan disiplin yang tidak tepat, memaksa patuh, bukan paham. Hafalan, bukan penghayatan.
Masalah Utama:
- Pembelajaran seragam massal – tanpa ruang untuk keunikan
- Evaluasi berdasarkan angka, bukan pemahaman
- Guru menjadi penjaga sistem, bukan pembuka jalan
- Lulusan Akademi atau Universitas tak mampu menciptakan kerja, hanya berlomba mendapat kerja
Bandingkan: Tradisi Nyantrik
Zaman ka-empu-an (era empu/guru sejati), belajar dilakukan dengan nyantrik: ikut hidup bersama guru, belajar dari laku, dari contoh, dari pengalaman. Ilmu adalah tirakat, bukan sekadar hafalan. Pendidikan adalah pengasuhan batin.
- Belajar langsung dari empu — melalui praktek, bukan teori
- Santri belajar sambil bekerja dan numpang makan
- Ilmu adalah laku hidup, bukan hanya gelar akademik
- Tidak ada sertifikat, hanya pengakuan dari masyarakat
Gelar Akademik hanya untuk prestis ;; gengsi dan nilai jual ;; salah satu syarat untuk pencari kerja ;; yang semuanya bisa dibeli jika ada uang ;; ijazah palsu dan transkrip nilai palsu //
Kesimpulan:
Sekolah harus dirombak dari akar. Atau tinggalkan. Belajarlah kembali seperti cantrik zaman dulu. Cari guru sejati. Temukan jalanmu sendiri. Pendidikan tidak harus berbentuk Institusi — tapi pasti berbentuk "proses dan jalan hidup".
0 Comments:
Posting Komentar