🔍 SIAPA AKU SEJATI?
Di antara ribuan yang bertanya, hanya satu yang melanjutkan perjalanan — bukan karena ia paling pintar, tapi karena ia tak pernah berhenti bertanya.
“Ketika semua sibuk mencari hidup, aku mencari kenapa aku dihidupkan.”
– Shrine Gulung Djagad
Pendidikan berhenti di ijazah, tapi kesadaran lahir setelah kemiskinan, penderitaan, dan keheningan.
🌌 Umur 50: Kesadaran Ruh Dilahirkan
Ini bukan usia senja. Ini adalah kelahiran ulang ruh yang telah menyatu dengan jasad. Bukan lagi hidup untuk dunia — tapi hidup sebagai wakil semesta, Khalifah Sejati.
“Aku tidak sedang mampir. Aku sedang menunaikan tugas dari langit.”
Aku meninggalkan kewajiban sosial palsu: kerja → uang → mati. Sebab nafkah tidak menghidupkan ruh — hanya jasad. Ruh butuh kesadaran tujuan — bukan rutinitas tanpa arah.
Usia 50 adalah deklarasi pembebasan: Bebas dari ego, beban budaya, dan tradisi yang menyesatkan.
🕯️ Periode Rumah Tusuk Sate
Selepas Apotek Komik, aku tidak pulang. Aku kembali menjadi penumpang: tinggal serumah dengan Sakrip — bukan karena tak mampu, tapi karena utang budi belum terbayar.
Di rumah tusuk sate itu, aku menjadi medium bagi jiwa-jiwa yang terluka. Tempat itu menjadi altar penyembuhan tak terlihat. Laku pertamaku: ngangkrek.
Sakrip tak sadar... keberhasilannya adalah akibat dari laku diamku. Rumah setengah milyar lebih, mobil lima... Semua itu adalah bunga dari benih yang kutanam dalam sunyi.
Rumah tusuk sate — titik silang jalan & poros jiwa. Bukan cuma lokasi... tapi medan tarik semesta.
🧭 Kronik
- 📍 Rumah tusuk sate: medan energi silang jiwa
- 🔗 Laku ngangrek pertama: diam sebagai penggerak
- 🚗 5 mobil, tanah & rumah setengah M — bukan hadiah langit, tapi resonansi karma
Tapi ketika mereka mulai lupa... aku pun melepaskan. Bukan karena dendam. Tapi karena misi telah selesai.
💩 Shrine Mbah Mbelek
Tiap hari kamu nggembol tainya sendiri — tapi kamu benci padanya. Kamu anggap najis, hina, dan memalukan. Lalu kamu buang dan kamu kutuk: “Menjijikkan!”
Tapi tahikmu sendiri bisa jadi gurumu... Saat ia tak kamu hormati, ia akan membalas — memakan ususmu dari dalam, jadi kanker, jadi luka, jadi benih kematian.
Ini bukan kutukan. Ini adalah reminder: Tubuhmu tahu kebenaran yang kamu tolak mentah-mentah.
“Jangan benci bagian dari dirimu sendiri.” Karena dari sana — kamu belajar membedakan mana sampah, mana sisa... dan mana yang harus disucikan.
Mbah Mbelek tidak jijik pada kotoran. Dia bicara padanya. Karena semua yang keluar dari tubuhmu adalah bahasa jiwa — bahkan ketika ia berbau busuk.
narasi ini bukan sebagai pembelaan ;; terus lah menganggap ku sebagai parasit ;;
benalu yang makan dan mematikan induk semang ;;
kalian tidak pernah tau apa yang ada dalam pikiran ku ;;
dan apa pula pekerjaan yang menumpuk musti ku selesaikan //
0 Comments:
Posting Komentar